Fenomena flexing, yang seringkali terjadi di media sosial, telah berdampak tidak hanya pada kehidupan pribadi tetapi juga dalam konteks lingkungan kerja. Dalam dunia Human Resources (SDM), flexing dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budaya kerja, kolaborasi tim, dan kepuasan karyawan.
1. Pengaruh Budaya Kerja:
Flexing dapat mempengaruhi budaya kerja dalam organisasi. Ketika individu dalam tim terlibat dalam flexing, hal itu dapat menciptakan atmosfer kompetitif yang tidak sehat dan merugikan kolaborasi. Karyawan yang terlalu fokus pada memamerkan pencapaian atau status mereka mungkin kehilangan rasa timbal balik dan kerjasama yang sehat.
2. Dampak pada Kesejahteraan Karyawan:
Flexing juga dapat berdampak pada kesejahteraan karyawan. Dalam lingkungan kerja yang terpengaruh oleh flexing, karyawan mungkin merasa tekanan untuk menunjukkan prestasi atau gaya hidup tertentu agar tidak merasa terpinggirkan. Hal ini dapat menyebabkan stres, perasaan tidak memadai, dan penurunan kepuasan kerja. Karyawan juga mungkin mengalami kecemasan dan tekanan untuk menjaga citra yang sempurna.
3. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Sehat:
Penting bagi departemen Human Resources untuk mengambil langkah-langkah yang efektif dalam mengatasi dampak flexing dalam lingkungan kerja. Strategi yang dapat diterapkan oleh HR untuk mengurangi budaya flexing dan membangun lingkungan kerja yang sehat, di antaranya adalah meningkatkan komunikasi yang jujur dan transparan, mengedepankan kerjasama daripada persaingan yang merugikan, serta memberikan pendidikan dan pelatihan yang mengajarkan nilai-nilai kerendahan hati dan penghargaan terhadap pencapaian kolektif.
4. Peran HR dalam Mengelola Flexing:
Departemen HR memiliki peran penting dalam mengelola flexing dalam lingkungan kerja. HR dapat merancang kebijakan yang mempromosikan kerjasama dan kolaborasi, serta memperkuat budaya perusahaan yang lebih inklusif dan mendukung. HR juga dapat memberikan pelatihan tentang etika kerja yang sehat dan memfasilitasi dialog terbuka tentang dampak negatif dari flexing.
Flexing dalam konteks Human Resources memiliki dampak yang signifikan pada budaya kerja dan kesejahteraan karyawan. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif, penting bagi departemen HR untuk mengatasi fenomena flexing dengan strategi yang efektif. Dengan memfokuskan pada kerjasama, penghargaan terhadap kontribusi yang sejati, dan komunikasi yang jujur, HR dapat mempengaruhi perubahan budaya dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, mendukung, dan berorientasi pada kesejahteraan karyawan. Dengan pendekatan ini, organisasi dapat membangun budaya kerja yang lebih kolaboratif, mengurangi stres, dan meningkatkan kepuasan kerja.
Oleh : Kamilus Viany W. Hurint
Recent Comments