Kerja adalah pencapaian tertinggi seorang manusia di jaman modern ini. Karena dengan bekerja seseorang memiliki kesempatan untuk menunjukan potensinya dengan optimal, membagun kepercayaan dirinya, membangun perasaan dibutuhkan, membangun eksistensi diri dalam masyarakat dan yang paling terutama adalah membangun rasa “kemanusiaan” karena sudah mampu mengatasi semua persoalan dengan efektif. Olah karena itulah bekerja sebenarnya membantu manusia unyuk hidup semakin baik.
Namun jika bekerja sendiri memiliki tujuan “mulia” mengapa terdapat berbagai macam masalah perilaku kerja? Pastinya ada akar masalah yang mendasarinya. Berdasarkan pengamatan psikologis ada satu hal utama yang sering terjadi dan biasanya muncul dari hubungan antara atasan dan bawahan bahkan beberapa terjadi dalam hubungan rekan kerja.
Hal tersebut adalah yang disebut “merampas kebahagiaan dari inisiatif“. Mungkin istilah ini awam diluar bidang psikologi industri tetapi merupakan masalah besar yang harus dipikirkan lebih lanjut, karena menjadi akar dari munculnya demotivasi kerja, apatis, sikap tidak bertanggungjawab, bahkan pemberontakan.
Bagaimana dan apa itu akar masalahnya? salah satu yang saya amati adalah ketika kemampuan untuk mandiri tidak diperolehnya. Kemandirian untuk nengatur hidupnya, mengelola kerja sehingga menghasilkan sesuatu merupakan aktualisasi kerja tertinggi apalagi ketika seseorang dapat mencapai suatu prestasi dengan kemampuannya sendiri. Semua ini bisa diperoleh ketika atasan memberikan “ruang” untuk berpikir dan berkreasi dengan “tangannya” sendiri.
Sebagai pimpinan harus belajar hal ini, karena akan membantu bawahan untuk mengeksplorasi “potensi tersembunyinya” dengan maksimal. Dengan membiarkan dan tidak terlalu mengatur akan mendorong bawahan untuk hidup dengan dunia nyata : seperti belajar bertanggungjawab dengan kesalahan, memahami kekuatan dan kelemaham diri, mengatasi kekecewaan dan yang penting adalah belajar mengenal dengan baik “dirinya“.
Ada baiknya kita juga mulai menyadari peranan kita sebagai atasan adalah membantu bawahan untuk “mengeksplorasi” potensi dalam dirinya bukan sebagai atasan yang ingin memaksakan “harapannya” pada bawahan.
Dalam proses coaching pemahaman hal diatas bisa menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh atasan berkaitan dengan motivasi kerja. Kita perlu membangun sikap berpikir yang tepat jika menghadapi perilaku mengingat variable penyebabnya sangat banyak dan seringkali diluar dari apa yang kita bayangkan.
Ditulis Oleh Andreas Imawanto
Berlangganan Artikel:
[email-subscribers namefield=”YES” desc=”” group=”Public”]
Recent Comments