Mengelola Waktu Vs Mengelola Energi
Jim Loehr dan Tony Schwartz menulis buku dengan judul The Power of Full Engagement. Penulis memiliki banyak pengalaman sebagai coach untuk atlet. Ia membawa pengalamannya membantu performa atlet untuk membantu performa para pebisnis dan eksekutif.
Mengelola waktu tanpa mengelola energi itu percuma. Kenapa? Di kalender jam 9-11 pagi dengan 13-15 sore itu tidak ada bedanya. Namun nyatanya, level energi kita jauh berbeda di kedua jam tersebut. Kita bisa saja buat jadwal kegiatan seideal mungkin. Tapi kalau tubuh dan pikiran sudah lelah, percuma. Jadwal yang ada tidak akan dikerjakan.
Kunci dari produktivitas, kesehatan dan kebahagiaan bukan hanya mengelola waktu. Kunci dari itu semua adalah mengelola energi sehingga kita mampu melakukan hal yang semestinya saat diperlukan. Energi perlu dikelola karena kita tidak selalu berenergi. Energi itu ada siklusnya. Kadang naik, kadang turun. Kadang kuat, kadang lemah. Saat energi kuat, kita bisa gunakan untuk bekerja atau mencipta karya. Saat lemah, tak mungkin kita mampu bekerja apalagi mencipta karya. Saat energi lemah, kita perlu melakukan jeda. Beristirahat sejenak. Mengembalikan energi agar seperti semula. Jika dipaksakan untuk bekerja saat energi sedang lemah, hasilnya tak akan sempurna. Stress yang berlebihan pun bisa melanda.
Baca juga: 5 Tips Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Waktu dalam Bekerja
Berapa lama energi kita berada di atas? Kapan kita perlu melakukan jeda? Riset mengatakan per 90 menit. Setelah bekerja 90 menit, istirahatlah 20 menit. Maka, lakukanlah jeda secara teratur per 90 menit. Ini akan membuat Anda jauh lebih produktif daripada memaksakan bekerja tanpa jeda.
Siklus ultradian di atas tidak hanya berlaku untuk energi fisik. Ia juga berlaku untuk energi lainnya: mental, emosional maupun spiritual. Energi mental misalnya. Kita mengenalnya dengan istilah atensi. Kemampuan mental kita untuk berfokus pada satu aktivitas. Kemampuan fokus kita ini juga terbatas. Setelah berkonsentrasi selama 90 menit, biasanya pikiran kita mulai melayang kemana-mana. Pikiran kita berubah mode dari focused mode ke diffused mode (istilah lainnya wandering mind alias melamun).
Maka, setelah kita fokus 90 menit mengerjakan sebuah aktivitas, kita perlu secara sadar melakukan jeda. Agar kemampuan pikiran kita untuk fokus kembali pulih. Jadi, agar produktif lakukan pola kerja sebagai berikut: kerja fokus 90 menit, istirahat 20 menit. Sehingga jadwal Anda mungkin akan terlihat seperti ini:
– Pk.08.00-09.30 – kerja terfokus.
– Pk.09.30-09.50 – istirahat (ngobrol dengan rekan kerja, ngopi).
– Pk.09.50-11.20 – kerja terfokus.
– Pk.11.20-11.40 – istirahat
Bagaimana jika sebelum 90 menit kita sudah kelelahan (baik fisik maupun mental)? Bisa jadi memang energi kita belum terlatih. Maka, lakukanlah jeda per 60 menit, 30 menit atau bahkan 15 menit.
Teknik Pomodoro-nya Franseco Cirelli misalnya, menggunakan jeda per 25 menit alih-alih 90 menit. Saya sendiri menggunakan pola ini.
Saya sendiri menggunakan pola ini. Sehingga jadwal kerja saya nampak seperti ini:
– Pk.08.00-08.25 – kerja terfokus sesi 1.
– Pk.08.25-08.30 – istirahat (5 menit).
– Pk.08.30-08.55 – kerja terfokus sesi 2.
– Pk.08.55-09.00 – istirahat (5 menit).
– Pk.09.00-09.25 – kerja terfokus sesi 3.
– Pk.09.25-09.30 – istirahat (5 menit).
– Pk.09.30-09.55 – kerja terfokus sesi 4.
– Pk.09.55-10.30 – istirahat (ngopi, sarapan, 30 menit).
Bagaimana dengan Anda? Seperti apakah pola Anda dalam bekerja?
oleh Darmawan Aji, disunting oleh Afif Luthfi
Recent Comments