MENJADI KREATIF SEGAMPANG NAIK SEPEDA
Permasalahan generasi milenial saat ini adalah gampang putus asa, apalagi dalam hal kreativitas. Padahal kreativitas sangat diperlukan disemua bidang. Menurut World Economic Forum, kreativitas menjadi salah satu skill penting menghadapai revolusi industri ditahun 2020. Kita sering mendengarkan bahwa kreativitas merupakan bawaan dari lahir turunan dari ayah dan ibunya, kita tidak pungkiri juga bahwa hal itu betul adanya. Seorang ayah musisi ataupun pelukis, dapat menular ke anaknya sehingga anaknya juga jago dalam bermusik maupun melukis. Hal tersebut jelas merupakan sebuah bakat sejak lahir. Namun perlu diketahui juga bahwa kreativitas itu merupakan skill yang bisa dilatih, dan kita sejak dari kecil sudah memiliki itu. Memiliki benih – benih krativitas dalam diri kita masing-masing. Sama seperti IQ, faktor keturunan bisa membantu. Faktor IQ yang tinggi kalau anak itu senang dengan kreativitas dan mau melatih kreatif skillnya, IQ tinggi sangat membantu.
Ada contoh, seorang anak memiliki IQ yang average ketimbang kakaknya yang memiliki IQ tinggi. Saat duduk di bangku sekolah kakaknya selalu mendapatkan rangking 1 umum maupun kelas. Sedangkan adiknya selalu rangking 12. Suatu ketika anak ini menanyakan kepada kakaknya apa rahasianya, dengan tenang kakaknya menjawab; Dengan banyak membaca. Belajar dari kakaknya anak tersebut kemudian banyak membaca, namun alhasil dia tetap rangking 12. Adiknya kemudian menyadari bahwa itu bukan bakatnya kemudian setiap hari, dia mencoba berlatih menjadi graphic designer, illustrator dan photographer. Sejalan dengan waktu adiknya kemudian menjadi seorang Art Director yang sukses. Dari pemahaman ini, adik tersebut adalah beruntung, Kenapa?? Karena dia mempunyai keleluasaan untuk mencari kejagoannya yang lain yaitu di kreativitas. Hal ini menunjukan bahwa kreativitas merupakan skill yang bisa dilatih.
Baca juga artiket: Growth Mindset Learning
Belajar kreatif pada dasarnya semudah kita naik sepeda. Ada seorang anak kecil yang belajar naik sepeda roda empat kemudian dia jatuh dan menangis, hari itu dia dia gagal naik sepeda, namun pada keesokan harinya dia minta belajar lagi naik sepeda, begitupun seterusnya dari sepeda roda empat, sampai bisa mahir sepeda roda dua. Dari situasi diatas mengajarkan kita bahwa kreativitas itu adalah bermain, disaat anda jatuh saat berlatih, anda bangkit dan berlatih terus menerus menjadi mahir. Jangan menjadi orang yang baru belajar terus gagal dan anda tidak mau melakukannya lagi. Yang harus kamu sadari bahwa tak ada keberhasilan tanpa perjuangan “No Pain No Gain”. Itulah kreativitas yang hakiki dan semua manusia adalah kreatif. Jika target sudah ditentukan tetapi anda tidak bertindak nyata karena takut gagal dan menanggung resiko, maka jangan pernah bilang nasib anda jelek dan nasib orang lebih baik.
Oleh : Kamilus Viany Wiryoharjo Hurint
Recent Comments