Istilah passion akhir-akhir ini menjadi trending yang sering diucapkan untuk menggambarkan bagaimana seseorang yang dengan sadar mengerjakan sesuatu yang mereka senangi. Namun, apakah benar kita memahami istilah passion tersebut? Jika passion dipahami sebagai mengerjakan sesuatu yang kita senangi, maka passion akan terkesan bisa berubah-ubah tergantung pada situasi kondisi bahkan tergantung kepada mood seseorang.
Kita perlu meluruskan terlebih dahulu istilah passion dengan benar. Istilah passion merujuk pada berbagai macam hal, misalnya talenta kemampuan, bakat minat, kapasitas, dan kompetensi. Artinya ketika seseorang dikatakan memiliki memiliki passion terhadap suatu bidang pekerjaan, hal itu tidak bisa dilihat hanya karena sisi senangnya saja tetapi melibatkan banyak hal yang juga melengkapi seseorang sehingga ketika mereka mengerjakan sesuatu jauh lebih mudah, jauh lebih cepat, jauh lebih efektif, efisien, dan yang terutama ia menikmati apa yang dikerjakan. Bahkan ketika ia bekerja ia tidak pernah merasa pekerjaan itu sebagai suatu beban namun sebagai hobi yang ia kembangkan.
Passion sendiri tentunya juga merujuk kepada hal yang lebih tinggi yaitu panggilan atau calling di mana seseorang yang terlahir dengan bakat-bakat tertentu, jika mereka memahami bakat-bakat yang sudah Tuhan berikan dan mereka terus mengeksplorasi bakat-bakat tersebut hingga semua kemampuan itu menjadi utuh dalam diri seseorang, itu adalah passion dalam arti yang sesungguhnya. Arti panggilan juga merujuk pada tugas yang diberikan oleh alam semesta terhadap hidup kita sehingga kita tahu porsi kita di mana,contoh saja ada orang yang punya passion sebagai seorang pekerja maka ia akan bekerja seoptimal mungkin sehingga ia bisa meniti karir hingga di level yang paling tinggi namun ia tidak merasa punya kemampuan keluar dari sebagai seorang pekerja. Ada orang yang punya passion di bidang bisnis, mereka sangat fokus terhadap bagaimana mengembangkan satu usaha yang pada akhirnya membuat mereka sukses, bukan sekedar secara finansial namun secara eksistensi mereka sebagai orang yang aktualisasi dirinya terpenuhi juga dapat dikatakan sebagai orang yang sudah mencapai passion. Ini semua merujuk kepada panggilan. Contoh misalnya ada orang yang merasa passion-nya ketika melakukan analisa yang rumit dan kompleks bahkan ketika ia bekerja banyak teman-temannya menganggap ia orang autis, sulit bergaul,tidak mau berinteraksi dan berelasi namun hasil pekerjaannya ternyata memberikan dampak besar bagi organisasi dan ia menikmati kesendiriannya ketika mengerjakan sesuatu dengan sedikit relasi dengan orang lain itu juga bisa disebut sebagai passion.
Jadi, passion satu dengan yang lain di setiap manusia ternyata berbeda-beda bahkan passion seseorang bisa jadi merupakan kelemahan dari orang lain sehingga kita tidak boleh lagi menilai passion orang lain sebagai sesuatu yang aneh karena yang bisa menentukan passion itu sebagai sesuatu yang bernilai adalah orang itu sendiri.
Namun demikian,banyak sekali orang yang ketika menjalani hidup mereka tidak didasarkan pada passion atau panggilan yang sudah mereka harus lakukan sebagai amanah untuk hidup di dunia ini. Akibatnya muncullah banyak hal-hal ketidakpuasan, prestasi yang rendah, motivasi yang rendah, depresi, stress, merasa kosong padahal mereka sudah mendapatkan gaji yang besar tapi mereka merasa tidak nyaman dengan apa yang mereka capai lalu akhirnya mereka juga pindah-pindah pekerjaan dan semua itu berputar seperti lingkaran setan yang tidak ada habis-habisnya.
Banyak sekali karyawan-karyawan yang sudah bekerja bertahun-tahun dengan gaji yang mungkin di atas rata-rata orang pada umumnya juga mengalami ketidakpuasan itu karena mereka tidak menemukan apa sih panggilan yang mereka harus lakukan sebagai manusia yang hidup di dunia ini? Contoh, kita bisa lihat ada orang-orang yang sangat artristik bahkan mereka rela meninggalkan kenikmatan duniawi berupa keuangan yang besar dan mereka memilih untuk menolong orang lain menjadi sukarelawan, seringkali membingungkan orang-orang tertentu yang menganggap bahwa mereka adalah orang-orang gila yang meninggalkan kenikmatan hidup mereka namun ditilik dari sisi passion ukuran seseorang itu mencapai keberhasilan, ternyata beragam bisa jadi uang bukan satu tujuan utama buat mereka tetapi ketenangan batin ketika mereka menolong orang kepuasan batin ketika mereka terlibat pada hal-hal yang bisa membantu orang-orang yang sulit itu sudah merupakan passion.
Sementara dalam dunia yang kapitalistik, kita seringkali terjebak bahwa passion itu ketika mereka lakukan sesuatu yang menyenangkan itu akan otomatis langsung memberikan dampak finansial bagi mereka nah kondisi ini tentunya harus dilihat dari kacamata yang bijaksana sehingga kepuasan orang tidak bisa diukur dari kacamata orang lain namun dari kacamata orang itu sendiri. Saya melihat satu contoh ketika saya bekerja di satu perusahaan, ada orang-orang yang mereka sangat menikmati pekerjaan mereka bahkan mereka tidak ingin naik posisi bagi mereka pekerjaan mereka adalah segala-galanya dan mereka sangat menikmati itu dan yang terpenting adalah bagaimana performance kerja mereka juga bisa mendukung produktivitas perusahaan tempat ia bekerja.Hal ini juga yang harus dicermati oleh departemen human resources di mana mereka tidak boleh mengukur manusia dari segi gaji yang besar namun juga kepuasan-kepuasan batiniah yang mereka dapatkan di luar dari aspek-aspek finansial pun harus juga terpenuhi.
Sekarang ini, banyak juga perusahaan sudah masuk ke ranah mental health yaitu program-program perusahaan yang membantu orang-orang untuk lebih seimbang secara mental dan mereka difasilitasi untuk terus menciptakan main furnace dalam hidup masing-masing orang sesuai dengan kapasitas dari karyawan tersebut sehingga mereka merasa enjoy untuk bekerja di perusahaan.
Generasi saat ini pun tidak bisa lagi dikelola dengan cara-cara generasi kolonial yang masih menggunakan ancaman, disiplin, maupun aturan yang terlalu ketat untuk membuat mereka produktif. Tetapi kita harus melihat bagaimana generasi yang baru ini berpikir yaitu mereka lebih menilai bahwa hidup itu adalah sesuatu yang harus mereka nikmati. Hal ini juga terlihat dengan trending di mana banyak sekali buku-buku pengembangan diri yang sudah masuk ke ranah mindfulness yaitu keseimbangan antara dunia kerja dan dunia kehidupan pribadi.
Perusahaan akan mendapatkan manfaat besar ketika mereka berusaha untuk balancing dan beradaptasi dengan kondisi yang ada karena di masa depan angkatan kerja dengan pola pikir mindfulness ini semakin banyak sehingga jika perusahaan tidak siap memanfaatkan resources dengan aktivitas-aktivitas dan budaya kerja yang baru nampaknya banyak perusahaan dan kehilangan orang-orang produktif untuk bekerja di perusahaan mereka.
Mengevaluasi passion nampaknya menjadi hal yang sangat penting dewasa ini biarlah orang menemukan kegembiraan saat mereka bekerja dengan menggali passion masing-masing orang sehingga perusahaan akan mendapatkan dampak dari motivasi dan semangat ketika karyawan bekerja dengan passion mereka.
Penulis : Andreas Imawanto
Recent Comments