
Kapan tepatnya seseorang pensiun? ada banyak orang menjawab usia 55 usia 60 atau bahkan usia 70 tahun, namun kita sering lupa makna dari pensiun, yaitu ketika seseorang sudah tidak lagi memiliki engagement yang kuat dengan pekerjaannya. Ini adalah definisi yang sederhana namun ada definisi yang jauh lebih dalam dari makna pensiun adalah :
1. Cenderung ia memiliki fokus yang berbeda dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan.
2. Tindakannya sudah tidak lagi selaras dengan nilai-nilai yang dibangun oleh suatu organisasi
3. Bahkan memunculkan sikap provokatif seakan mengajak orang untuk tidak lagi memiliki komitmen terhadap perusahaan atau bahkan sikap pasif apapun yang direncanakan oleh perusahaan.
jika kita menggunakan definisi yang lebih mendalam ini maka makna pensiun akan jauh lebih kompleks dibanding dengan orang yang sekedar sudah menyelesaikan masa tugas oleh karena usia. Makna pensiun di sini dapat diartikan menjadi orang yang secara sadar sudah tidak memiliki keselarasan dengan organisasi.
Sehingga bisa jadi ketika orang masih bekerja pun secara fisik Ia masih (seakan akan) bekerja, namun secara pemikiran dan perasaan sudah tidak ada lagi di perusahaan itu.
Jika kita menggunakan definisi tentunya jumlah yang kita anggap sebagai orang yang udah dianggap pensiun kapan semakin banyak. Bisa jadi mungkin itu rekan kerja kita bisa jadi itu atasan kita bisa jadi juga mereka bawahan kita yang mungkin setiap hari mereka masuk bekerja bersama-sama bekerja berkomunikasi berinteraksi namun secara jiwa mereka sudah tidak lagi memiliki tinggi seni yang kuat mengapa organisasi. Bagaimana hal ini bisa terjadi ada banyak faktor yang menciptakan orang-orang yang pensiun seperti ini salah satu yang paling besar kontribusinya adalah bagaimana seorang pemimpin seharusnya bersikap berperan dalam memperlakukan orang lain atau dalam konteks ini adalah bawahannya. Dalam buku The ultimate competitive advantage yang di susun oleh tim dari Franklin Coveymemberikan berbagai macam gambaran mengenai pentingnya seorang pemimpin menciptakan keterlibatan setiap orang yang ada agar mereka bisa memberikan kontribusi besar dan menjadi aset bagi organisasi.
Banyak pemimpin yang lupa akan pentingnya membangun engagement dari bawahannya, karena jika engagement atau keterlibatan tidak dibangun dengan baik, maka kita hanya berjalan bersama-sama saja, yang mungkin membuat kesulitan untuk mencapai tujuan bersama atau mungkin juga memunculkan begitu banyak konflik dan masalah, sehingga mudah sekali bagi tim kerja ini kehilangan arah yang ujung-ujungnya akan merusak motivasi kerja.
Para pemimpin harus mulai melihat bahwa kerelaan hati seseorang untuk mengerjakan tugas-tugas mereka sebaik mungkin bukanlah sesuatu yang muncul dengan sendirinya, namun harus dibangun melalui relasi, komunikasi dan kemampuan kepemimpinan yang baik.
Mengelola bawahan pun tidak bisa dipukul rata hanya dengan satu parameter yaitu prestasi, karena ada juga beberapa karakteristik bawahan yang diperlukan oleh perusahaan bukan dilihat dari prestasinya namun dilihat dari loyalitasnya.
Sehingga dalam memimpin bawahan kita juga harus tahu, siapa orang yang kita bisa dorong dalam konteks prestasi kerja yang memberi hasil optimal bagi organisasi, namun siapa yang berperan sebagai support atau pendukung bagi keberhasilan tim utama untuk mencapai target. Biasanya tim pendukung bukan orang yang terlalu menonjol, bahkan seringkali menggunakan remdibandingkan gas, kadangkala menjadi sulit mengukur pekerjaan karena terlalu banyak hal yang ia kerjakan (multitasking), juga memiliki kepedulian untuk memberikan waktu dan pemikiran yang lebih.
namun bagimanapun juga orang-orang suporting tetap memiliki value yang tinggi untuk menciptakan suatu organisasi yang besar.
Recent Comments