Istilah ini merupakan istilah yang bisa jadi begitu mencekam dan menakutkan bagi sebagian orang terutama kalau kita menerapkan kontrol ini kepada bawahan kita.
Ada banyak sekali pertanyaan yang sering disampaikan kepada saya berkaitan dengan kontrol.
Kontrol adalah suatu kondisi di mana kita melakukan kendali berkaitan dengan apa yang bawahan lakukan setiap saat sehingga kita bisa memastikan bahwa bawahan bekerja sesuai dengan target yang kita harapkan.
Kontrol merupakan proses ketiga setelah perencanaan dan eksekusi, namun kontrol seringkali menjadi tahapan yang paling lemah dilakukan oleh para pimpinan hampir di semua level.
Kita harus cukup tegas melakukan kontrol, bahkan kontrol adalah ibu dari segala pencapaian target. Jangan sekali-kali kita mengendurkan kontrol, karena itu akan membuat tim kita tidak fokus dan pekerjaannya.
Apalagi di era saat ini di mana kerja bawahan dihadapkan pada berbagai macam distraksi/ gangguan entah itu melalui terbukanya informasi di internet, gadget, komputer dan dan sebagainya sehingga seringkali karyawan tidak memiliki waktu dan target menjadi sulit tercapai dan mereka akan beralasan karena kurangnya resources, kurangnya waktu dan mereka sudah berusaha tetapi tidak bisa mengerjakan.
Sebaiknya kita mulai mengevaluasi kembali bagaimana kendali ini menjadi penting apalagi kondisi bisnis perusahaan semakin ketat untuk bersaing dengan perusahaan lain, baik dari sisi pencapaian produktivitas maupun pengetatan efisiensi. Sehingga perusahaan harus punya cara yang ketat untuk mengendalikan perilaku bawahan dengan cara meningkatkan kontrolterhadap pekerjaan bawahan.
Ada bermacam-macam cara yang dilakukan antara lain melakukan briefing target fokus di pagi hari, lalu setiap akhir sebelum istirahat siang mengevaluasi kembali pencapaian dan yang paling penting adalah ketika jam 04.00 sore dilakukan briefing final untuk melakukan pengecekan hasil akhir dari seluruh pencapaian hari itu.
Masing-masing orang diharapkan memiliki nilai kuantitatif dari pencapaian target mereka biasanya menggunakan skala 1 sampai 100.
Jadi mereka bisa mengukur berapa persen pencapaian mereka, apa kendalanya dan bagaimana cara mereka mengimprove di lain hari dengan cara baru.
Dengan demikian maka karyawan akan selalu termotivasi, terdorong mungkin juga terpaksa untuk selalu bekerja optimal sesuai dengan kapabilitasnya masing-masing.
Ada beberapa atasan yang menyatakan bahwa mereka tidak ingin melakukan kontrol yang terlalu ketat, karena ingin membuat bawahan memiliki tanggung jawab yang besar. Namun dalam kenyataannya masih banyak pola berpikir karyawan yang menganggap bahwa jika tidak ada feedback/kontrol dari atasan artinya pekerjaan mereka sudah mencapai target dan mereka sudah layak dianggap bekerja.
Yang terpenting adalah jangan pernah sekali-kali kita mengendorkan kontrol terhadap pekerjaan bawahan karena tanpa kendali yang kuat akan membentuk kebiasaan kerja yang buruk.
Ditulis oleh:
Drs. Andreas Imawanto, MM., Psikolog
CEO AND Learning & Coaching
Recent Comments