Fenomena perubahan yang terjadi 5 tahun  yang mengherankan tapi juga mengerikan dan memprihatinkan :

  1. Angka intelegensi manusia yang diukur melalui tes IQ turun kurang lebih sekitar 5 poin. Artinya dulu untuk mencapai IQ 105 masih banyak yang bisa mencapainya tapi sekarang hampir sulit menemukan orang yang memperoleh IQ diatas 100 dan secara umum populasi IQ manusia tambah turun. Hal ini disebabkan oleh pola berpikir manusia dibombardir oleh media sosial sehingga otak manusia cenderung menjadi sangat pasif hanya sebagai penonton bukan pemikir. IQ sendiri sifatnya bertumbuh sejalan dengan pola berpikir seseorang dimana semakin diasah akan meningkat atau tetap bertahan. Contoh aktivitas aktivitas yang menurunkan IQ adalah saat kita mem scroll layar gadget kita terus menerus hanya untuk melihat melihat hal hal yang tidak membuat anda kritis. Maka jangan kaget otak kita menjadi sangat pasif bahkan cenderung menjadi narrowing brain.

  1. Kemampuan manusia untuk menghadapi stres juga turun kurang lebih sekitar 3 poin. Artinya generasi saat ini mudah sekali terkena stres padahal hal-hal yang sederhana atau remeh. Saat dilanda stres Mereka cenderung menjadi lebih pasif dan hanyut pada media sosial di gadget sehingga stress mereka bukan bertambah hilang tapi hanya disimpan di bawah karpet dan suatu saat akan muncul dalam bentuk moody. Salah satu strategi mengurangi stress adalah aktivitas fisik, karena ketika fisik kita bergerak maka impuls tekanan dalam otak menjadi terdistribusi ke seluruh tubuh yang pada akhirnya akan membuat seseorang lebih relaks. Tetapi jika saat stress aktivitas fisik kita cenderung pasif, maka tekanan dalam impuls otak tidak terdistribusikan atau tidak release keluar. Akibatnya otak menghadapi tekanan impuls yang sangat tinggi dan tekanan yang terus menerus akan membuat saraf impuls otak manusia menjadi shrink atau kisut. Sehingga jangan kaget kondisi ini disebut mirip dengan efek yang ada pada diri pecandu narkoba.

  1. Kemampuan manusia untuk problem solving turun hampir 5 poin. Artinya generasi sekarang mudah sekali terjebak dengan situasi yang seakan-akan tidak bisa diselesaikan. Mereka cenderung menjadi pasif dan seperti biasa terhangat dengan media sosial sebagai sarana untuk melarikan diri dari dunia nyata. Turunnya poin problem solving disebabkan karena mereka senang sekali mencari jawaban-jawaban instan di internet ataupun di YouTube. Sehingga daya analisa mereka menjadi rendah dan mereka hanya mengambil bahan-bahan yang ada di internet untuk mereka gunakan sebagai problem solving tanpa melakukan koreksi dan verifikasi dengan kritis. Bahkan dalam beberapa hal manusia menjadi bodoh karena tidak terampil berpikir kritis tetapi menjadi zombie yang bergerak tanpa tujuan dan hanya didorong oleh insting saja.

  1. Kemampuan untuk berinteraksi dan berelasi turun kurang lebih hampir 5 poin. Di mana generasi sekarang waktunya terjebak dengan yang namanya gadget bahkan yang ekstrem gadget sudah berubah figur menjadi teman yang bisa memberikan jawaban yang menurut mereka sesuai dengan harapan. Kondisi membuat banyak orang terlepas dari dunia nyata dan mereka masuk ke dunia media sosial yang seakan-akan memberikan mereka candu penikmatan untuk terus men scroll halaman demi halaman yang ada tanpa henti. Connecting kepada orang-orang menjadi dingin dan mereka juga lemah dalam merespon relasi dari orang-orang baru dan cenderung menjadi generasi yang sangat autistik. Keluhan mengenai kondisi ini sudah semakin mengkhawatirkan khususnya di dunia kerja yang sangat membutuhkan sikap komunikasi yang lugas,cepat,responsif. 45% kekacauan dalam komunikasi saat ini adalah masuknya generasi autistik yang malas berkomunikasi dan menganggap bahwa pekerjaan saya ya urusan saya pekerjaan orang lain ya urusan orang lain. Mereka lupa ketika mereka ada di suatu perusahaan mereka adalah bagian dari suatu network process yang besar. Satu yang muncul di suatu jaringan akan mempengaruhi jaringan lain atau seluruh jaringannya.

  1. Daya tahan mental mereka turun hampir 7 poin. Karena antara realitas dengan dunia yang mereka hayati melalui media sosial ini ternyata tidak saling komplementer tetapi saling menjauh. Pada akhirnya kondisi ini membuat mereka tidak siap menghadapi tekanan emosional dan hanya mampu melarikan diri dengan menonton hal-hal yang bisa membuat rasa nyaman sesaat namun selesai dari itu mereka kembali ke dunia nyata dengan pressure dan tekanan yang 10 kali lipat lebih besar. Daya tahan mental ini juga terlihat dengan sifat yang mudah menyerah terhadap tantangan-tantangan yang ada di dunia kerja maupun tata cara di masyarakat. Mereka cenderung menyerah bahkan saat belum bertempur sekalipun juga. Kita juga melihat fenomena orang keluar masuk kerja dengan alasan kerjanya berat. Mungkin bukan berat tetapi karena malas berpikir dan tidak mencoba untuk mengelola dengan cara cara yang lebih efektif maka suatu pekerjaan menjadi sulit.

5 fenomena ini kami amati saat kami melakukan interview, asesmen dan pelatihan pada lintas generasi dan hal ini merupakan sesuatu yang sangat memprihatinkan karena menjauhkan seseorang untuk siap dalam dunia masa depan baik pribadi maupun pekerjaan. Namun kita perlu mengantisipasi kondisi ini dengan perlunya transformasi bidang pendidikan khususnya pengembangan softskill saat seseorang masih kuliah atau sekolah sehingga mental dan mindset mereka bisa terbentuk dengan baik sebagai insan yang tangguh.

Penulis : Andreas Imawanto