Pemerintah mencanangkan bahwa 2030 kita akan kebanjiran tenaga kerja yang berusia siap masuk dunia kerja. Satu sisi hal ini merupakan keuntungan bagi suatu negara , karena dengan tenaga kerja yang berlimpah maka kita punya kekuatan dalam membangun bangsa. Namun hal tersebut masih dalam ranah teoritis karena ada kekhawatiran bahwa generasi yang nanti akan masuk di tahun-tahun yang seharusnya produktif bisa jadi akan dimasuki oleh tenaga kerja yangyang bermental dan tidak siap kerja.

Hal ini sebenarnya sudah bisa diprediksi di saat-saat ini , di mana kita melihat tenaga kerja dari generasi yang terakhir ini benar-benar tidak siap bekerja baik dari sisi mental maupun dari sisi teknis. Selain karena pendidikan kita yang tidak segera bertransformasi untuk menciptakan orang-orang yang siap kerja, juga tidak mempersiapkan mental atau etos kerja yang dibutuhkan untuk mereka masuk dunia kerja. akibatnya banyak sekali keluhan-keluhan dari berbagai perusahaan ketika mereka menerima pekerja dari generasi ini dan menjadi kewalahan karena selain mereka disibukan untuk memikirkan produktivitas perusahaan, juga disibukan untuk mengelola berbagai macam perilaku-perilaku kerja yang tidak sesuai dengan standar kerja yang selayaknya

Dari tahun ke tahun keluhan-keluhan yang dilontarkan oleh pihak perusahaan sebagai pemberi kerja nampaknya semakin banyak. Di mana mereka mengeluhkan bahwa banyak sekali anak-anak generasi yang baru ini mereka tidak fokus dengan peningkatan kompetensi namun mereka lebih fokus kepada penambahan berbagai macam informasi yang seringkali tidak dibutuhkan. Lalu juga secara mental seringkali mudah mengeluh dan memiliki kepribadian yang rapuh sehingga tekanan-tekanan yang tidak seberapa sudah dapat membuat mereka hancur berkeping-keping.

Banyak perusahaan yang sudah melakukan berbagai macam inovasi untuk memfasilitasi pola kerja generasi baru ini, namun nampaknya belum ada yang mampu mendorong ke arah produktivitas kerja tetapi hanya membuat mereka semakin terlena dengan semua fasilitas dan menjadi lebih malas dan seringkali memanfaatkan semua fasilitas yang seharusnya membuat mereka produktif menjadi lebih tidak produktif lagi. Ada satu perusahaan besar yang mempersiapkan satu tempat yang luas di area kerja yaitu mereka boleh hangout dengan disiapkan juga resto lalu juga dengan beberapa fasilitas games PS5. Bahkan juga ada perusahaan yang memperbolehkan karyawan bekerja di lokasi tersebut ya berharap mereka bisa kerja produktif. Namun berdasarkan hasil evaluasi bulanan ternyata banyak sekali pekerjaan yang bahkan lebih tidak produktif ketika mereka terlalu dibebaskan bekerja di mana saja.

Kondisi ini tentunya menjadi challenging yang luar biasa bagi banyak perusahaan karena mungkin semakin lama generasi seperti ini akan semakin banyak membanjiri perusahaan-perusahaan sehingga kalau tidak dipersiapkan dengan peningkatan mental dan karakter tentunya mereka hanya akan jadi benalu di banyak perusahaan.

Generasi useless ini merupakan istilah yang digunakan di akhir-akhir ini untuk menggambarkan orang-orang yang tidak siap bekerja sehingga perusahaan harus memberikan effort lebih untuk menjaga produktivitas kerjanya.

Penyelesaian atau solusi untuk generasi seperti ini tentunya tidak bisa single tapi perlu multi dimensi. Salah satunya yang menjadi kendala besar adalah kemajuan teknologi yang terlalu pesat yang melewati kematangan mental seseorang. Sehingga mereka tidak dengan bijaksana menggunakan gadget yang berisi media sosial untuk hal-hal yang memang berfokus pada peningkatan kompetensi tapi lebih pada kegiatan-kegiatan untuk healing dan melepaskan kepenatan. Sehingga kualitas berpikir mereka emakin rendah bahkan ketika mereka diperhadapkan pada kasus-kasus yang sederhana di perusahaan mereka sudah stuck dan tidak mampu menuntaskan satu masalah dengan sistematisasi kerja yang baik.

Pemerintah harus mulai juga membantu perusahaan-perusahaan dalam memberikan solusi bagi perusahaan. Perusahaan. Karena untuk menciptakan generasi yang siap kerja tentunya harus dilakukan juga sejak orang tersebut ada di bangku pendidikan baik di SMA maupun di Universitas. Negara tidak boleh lepas tangan begitu saja dan membiarkan kekacauan ini berlarut-larut tapi perusahaan pun banyak yang perlu dibantu agar mereka mampu meningkatkan daya kompetisi perusahaan mereka dengan mempersiapkan orang-orang yang siap bekerja. Mungkin perlu ada program transisi di mana orang-orang yang akan masuk dunia kerja mereka harus melewati satu proses pembinaan mental dan karakter. Bahkan mungkin juga lebih ke arah fisik seperti kita lihat di Korea dan di beberapa negara yang menerapkan wajib militer secara tidak langsung menciptakan mental seseorang untuk menjadi orang yang resiliensi tidak mudah menyerah bahkan mereka didik untuk memiliki wawasan kebangsaan yang kuat.

Source : https://coach300.wordpress.com/2023/06/14/useless-generation/

Secured By miniOrange