Judul di atas merujuk dari maraknya perkelahian baik secara fisik dan verbal di kantor. Walaupun secara peraturan perusahaan perkelahian fisik dan verbal bisa terkena sanksi namun seringkali karena kontrol emosi orang semakin menurun hari lepas hari yang dipicu oleh stress, burnout, depresi dan ketegangan kerja membuat mereka lepas kontrol.

Dari beberapa penelitian kecil yang dilakukan oleh HR konsultan ditemukan adanya indikasi gradasi kemarahan dari mulai yang paling tinggi hingga yang paling halus. Gradasi kemarahan yang paling tinggi tentunya muncul dalam reaksi yang nampak. Entah itu marah, pemukulan fisik, penghancuran aset-aset kantor atau perusakan atau bahkan melakukan tindakan sabotase dari perlengkapan kantor. Namun ada juga gradasi kemarahan yang sangat halus biasanya muncul dari perilaku penolakan, tidak patuh pada aturan yang ada, pemberontakan terselubung, sikap pasif dan seringkali mengatakan lupa untuk menuntaskan suatu pekerjaan.

Kemarahan yang berbentuk halus memang tidak mudah untuk dideteksi , namun dengan beberapa keterampilan khusus untuk membaca bahasa tubuh mikro ekspresi hal tersebut bisa diantisipasi. Biasanya orang-orang dengan kemarahan model seperti ini dia tidak secara langsung menolak atau melawan namun dia melakukan perambatan satu proses kerja yang mengakibatkan target perusahaan bermasalah. Orang-orang yang memiliki gradasi halus seperti ini populasinya hampir 60% dari total populasi yang ada karena mereka masih takut dengan aturan selain itu mereka juga ingin tetap tampil sebagai orang yang normal dan sehat.

Solusi yang bisa diselesaikan adalah anger management di beberapa perusahaan mereka sudah menyiapkan ruangan yang berisi samsak untuk dipukul ketika merekam ketegangan yang tinggi, ada perusahaan juga yang menyediakan ruangan yang kedap suara di mana mereka bisa berteriak sekeras-kerasnya, ada juga yang cukup ekstrim perusahaan yang menyiapkan beberapa botol untuk dilempar ke tembok saat mereka melampiaskan rasa marah. Ini adalah beberapa hal yang ekstrem yang sekarang banyak di ciptakan untuk meredakan ketegangan. Namun demikian ada cara-cara halus juga yang bisa dilakukan yaitu dengan membuka sesi konseling di mana orang dapat berbicara langsung mengungkapkan pemikiran permasalahan tekanan mereka kepada orang yang mereka percaya. Keberadaan para konselor ini sedikit banyak membantu mereka untuk mengeluarkan unek-unek mereka khususnya jika mereka menghadapi permasalahan dengan atasan di mana mereka tidak punya kemampuan untuk melawan namun mereka merasa ini sebagai ketidakadilan dan tekanan yang membuat mereka terganggu secara mental.

Kondisi ini tentunya perlu menjadi perhatian perusahaan karena penelitian menunjukkan perasaan marah yang tidak terkendali dan cenderung dibiarkan menjadi liar bisa menurunkan produktivitas perusahaan hampir 30%. Biasanya yang muncul adalah perlambatan pekerjaan atau konflik-konflik yang pada akhirnya mengganggu target perusahaan untuk tercapai. Bahkan bisa jadi kegagalan pencapaian target yang disebabkan oleh keinginan untuk saling membalas.

Anger management harus menjadi pemikiran kita ke depan dengan cara yang lebih manusiawi dan positif untuk setiap orang punya hak untuk melampiaskan rasa marah mereka namun dengan cara yang konstruktif

Andreas Imawanto

Source : Coach300