
Bullshit Jobs adalah pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya tidak ada dan seringkali membuat orang yang bekerja menjadi sangat frustrasi dan perusahaan yang mempekerjakannya pun tidak mengerti apa fungsi pekerjaan-pekerjaan tersebut terhadap produktivitas perusahaan kecuali seringkali menciptakan birokrasi birokrasi baru yang membuat organisasi menjadi kontra produktif.
Dalam lingkungan perusahaan saat ini, kita sering menjumpai adanya posisi-posisi pekerjaan yang sebenarnya tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap tujuan perusahaan. Meskipun demikian, posisi-posisi ini tetap dipertahankan dan bahkan mungkin diperluas, sering kali dengan berbagai alasan yang beragam. Mari kita bahas beberapa alasan populer di belakang keberadaan pekerjaan yang tidak esensial ini.
1. Alasan Prestise
Salah satu alasan utama mengapa posisi yang tidak perlu ada adalah untuk menciptakan citra prestisius. Banyak kalangan manajemen puncak merasa bahwa dikelilingi oleh sejumlah pegawai yang bertugas “melayani” mereka akan membuat mereka tampak lebih penting dan berkuasa. Keberadaan staf yang banyak sering kali lebih merupakan simbol status ketimbang elemen yang benar-benar menambah nilai bagi perusahaan. Nyatanya, banyak pekerjaan tersebut mungkin tidak memberikan kontribusi yang berarti terhadap operasional dan perkembangan bisnis.
2. Alasan Saling Kontrol
Ada argumen yang menyatakan bahwa penambahan posisi atau peran tertentu dapat membantu menciptakan sistem kontrol yang lebih baik. Namun, dalam praktiknya, ini sering kali justru mengarah pada munculnya birokrasi yang berlebihan. Dengan banyaknya lapisan persetujuan yang perlu dilalui, keputusan menjadi lebih lambat, dan organisasi kehilangan fleksibilitas untuk merespons perubahan dengan cepat. Hal ini tentu saja berpotensi menyulitkan inovasi.
3. Alasan Citra Perusahaan Besar
Perusahaan yang ingin tampil besar dan mengesankan di mata publik sering merasa perlu untuk memiliki banyak pegawai. Namun, tidak jarang posisi-posisi ini tidak memiliki dampak yang signifikan dan hanya menciptakan kesan bahwa perusahaan lebih mengutamakan kuantitas sumber daya manusia ketimbang kualitas. Sering kali, lebih baik memiliki tim yang lebih kecil namun lebih berkualitas daripada tim yang besar dengan pekerjaan tak terdefinisi.
4. Alasan Mendelegasikan Tugas
Ada kalanya manajer menambah anggota tim dengan harapan dapat mendelegasikan tugas tertentu. Sayangnya, tanpa panduan yang jelas mengenai tanggung jawab mereka, hal ini sering kali menimbulkan kebingungan. Karyawan bisa kehilangan fokus dari tujuan utama perusahaan, menghasilkan apa yang disebut sebagai “pekerjaan terlihat” yang tidak benar-benar memberikan nilai tambah.
5. Alasan untuk Teman atau Keluarga
Terakhir, tidak jarang kita melihat sikap untuk mempekerjakan orang-orang dekat, seperti keluarga atau teman, tanpa mempertimbangkan relevansi posisi mereka dalam struktur perusahaan. Ini menciptakan situasi di mana pekerjaan yang mereka jalani tidak memiliki hubungan yang jelas dengan tujuan strategis perusahaan. Selain itu, praktik ini dapat menciptakan ketidakadilan bagi pelamar lain yang lebih memenuhi syarat, serta potensi konflik kepentingan dalam organisasi.
Keberadaan posisi pekerjaan yang tidak perlu menunjukkan tantangan dalam pengelolaan sumber daya manusia di perusahaan. Alih-alih meningkatkan kinerja, posisi semacam itu justru bisa mempersulit efisiensi dan inovasi. Untuk mencapai efektivitas yang lebih baik, perusahaan perlu mengevaluasi kembali struktur organisasinya dan mempertimbangkan kembali kebutuhan setiap posisi yang ada. Dengan menempatkan perhatian pada pekerjaan yang memberikan kontribusi nyata, perusahaan dapat lebih mudah mencapai tujuan bisnisnya dengan lebih baik dan berkelanjutan.
Dengan mempertimbangkan beragam perspektif ini, bagaimana pandangan Anda tentang cara perusahaan Anda mengelola posisi-posisi yang mungkin tidak berkontribusi signifikan terhadap produktivitas? Apakah ada langkah-langkah konkret yang bisa diambil untuk mengurangi birokrasi yang tidak perlu ini?
Andreas Imawanto
Recent Comments