
Visi perusahaan adalah acuan mimpi besar yang dijabarkan dalam bentuk tulisan dan diharapkan bisa dipahami oleh semua orang di perusahaan tersebut. Namun dalam kenyataannya visi itu hanyalah tulisan yang berkaitan dengan mimpi-mimpi sehingga ketika orang membaca setiap orang dapat menginterpretasikannya dengan cara berpikir mereka masing-masing.
Itulah sebabnya visi perusahaan tidak pernah menjadi acuan perilaku semua orang karena mereka hanya melihat itu seperti rumah gading yang tidak bisa disentuh dan tidak menyentuh terhadap pekerjaan mereka masing-masing.
Visi yang tidak dijabarkan hanya menjadi hiasan tembok yang bagus untuk dipandang n koamun sulit bahkan tidak dipahami untuk dijadikan standar perilaku. Visi yang tidak dijabarkan membuat kekacauan karena seringkali hanya dipahami di level atas bahkan hanya dipahami oleh pemilik dan akhirnya visi perusahaan tidak berkorelasi apapun terhadap budaya kerja di perusahaan tersebut.
Bagaimana cara menurunkan visi hingga ke level perilaku ? Ada tahapan-tahapan yang harus diikuti, yaitu:
1. Visi harus menggunakan bahasa kekinian yang mudah dipahami oleh semua orang dan memberikan efek emosional psikologis bagi yang membacanya.
2. Visi menjadi salah satu pondasi dari bagaimana organisasi tersebut ingin dibangun. Hal inilah yang membuat visi harus juga di diskusikan secara terbuka baik dari level bawah sampai level atas. Sehingga setiap orang juga terdorong untuk memberikan kontribusi mereka dalam pekerjaan karena orang akan memiliki motivasi kerja saat ide atau gagasan mereka diberikan ruang untuk dijadikan sebagai pondasi perusahaan.
3.Misi organisasi harus diturunkan ke dalam 3 sampai 5 poin utama yang disebut sebagai misi atau sesuatu yang akan diraih dalam jangka waktu tertentu. Misi sendiri harus menyentuh semua area atau departemen yang ada di perusahaan artinya misi harus meliputi aspek manusia yang akan dikembangkan, aspek keuangan yang akan dicapai aspek operasional yang akan diraih dan aspek pelayanan yang akan di laksanakan.
4. Misi organisasi diturunkan ke dalam bentuk strategi yaitu hal-hal yang dapat dikerjakan dalam jangka waktu yang pendek dan menyatakan siapa yang akan bertanggung jawab terhadap strategi tersebut.
5. Strategi perusahaan harus diturunkan pada tingkatan atau perilaku. Karena bentuknya perilaku harus terlihat bentuk aktivitas yang akan digerakkan mulai dari perencanaan hingga hasil. Misalnya “melakukan pengembangan karyawan dengan memastikan seluruh karyawan mendapatkan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan departemen masing-masing dan pelatihan yang bersifat general”.
6. Perilaku-perilaku tersebut harus disosialisasikan dengan jelas dan perubahan-perubahannya harus terukur serta harus didukung dengan adanya punishment dan reward yang tepat agar perilaku tersebut terbentuk dengan sempurna. Artinya pada saat pelaksanaan membangun perilaku jika ada pelanggaran maka orang tersebut harus diberikan konsekuensi berupa punishment demikian juga sebaliknya jika mereka melakukan sesuatu dengan baik maka mereka akan mendapatkan reward yang sesuai dengan kontribusi mereka.
Menjabarkan visi perusahaan menjadi satu tindakan perilaku bukan hal yang mudah karena kesulitannya bukan pada tahapan perencanaan dan penyusunannya keterkaitan dengan implementasi perilaku yang harus tegas dilaksanakan sehingga perilaku-perilaku kerja dari orang-orang dapat terbentuk.
Membentuk atau membuat visi perusahaan menjadi hal yang penting dewasa ini karena banyak sekali budaya-budaya kerja yang harus segera dikontrol dan dikembangkan khususnya dalam menghadapi perilaku generasi muda terhadap prinsip-prinsip kerja yang sudah semakin kacau.
Recent Comments